Fanatisme buta belakangan ini tengah melanda dunia.
Fanatisme buta ini tumbuh subur dikalangan remaja, dan telah memasuki
Indonesia. Salah satu fanatisme buta adalah Korean Wave atau Gelombang Korea,
yang lebih dikenal dengan nama “Hallyu”. Bentuk fanatisme buta ini mengarah
kepada perilaku yang membahayakan, sehingga perlu dikaji dengan seksama.
Hallyu
atau Korean Wave adalah sebuah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya
Korea atau gelombang Korea secara global diberbagai negara didunia, atau secara
singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia sendiri, budaya
Korea berkembang pesat. Mulai dari pakaian, makanan, drama dan K-pop.
Drama
Korea banyak menghadirkan kisah percintaan, dan inilah yang menjadi kegemaran
remaja Indonesia. Drama Korea ini dapat dinikmati lewat tayangan di televisi,
seperti The Heirs, Emergency Couple, Birth of a Beauty, dan Pinochio. Drama
tersebut tayang di salah satu stasuin televisi diIndonesia. Jika drama ini ditayangkan
di televisi, tentu saja telah melewati Lembaga Sensor Indonesia, sehingga adegan yang tak senonoh telah dihapus atau
dipotong. Yang berbahaya adalah jika drama tersebut ditayangkan dan ditonton
oleh remaja dibioskop maupun di perangkat elektronik seperti laptop dan
komputer yang mereka punyai. Drama yang ditonton murni, masih asli seperti yang
ditayangkan di televisi Korea. Adegan senonohnya tidak dihapus atau dipotong.
Jika remaja Indonesia yang kejiwaannya masih labil, mereka akan menirukan
adegan senonoh seperti berciuman didepan umum tanpa malu, karena menganggap
bahwa perbuatannya tersebut tidaklah salah dan sah-sah saja jika dilakukan.
Dalam
hal fashion atau pakaian, Korea Selatan memiliki gaya berpakaian yang unik dan
berbeda dari yang lain. Perempuan Korea Selatan bisa menentukan gaya berpakaian
yang sesuai dengan kepribadian dan postur tubuh mereka, tapi tak sedikit pula perempuan Korea
yang berpakaian ala kadarnya, memakai pakian yang serba mini. Jika ini ditiru
oleh remaja perempuan Indonesia, tentu akan menjadi sorotan dan perbincangan
publik. Masyarakat akan memberikan kesan buruk pada remaja yang berpakaian
sedemikian rupa atau bahkan bisa dikucilkan oleh lingkungannya.
Untuk
laki-laki Korea Selatan, gaya berpakaian mereka sopan dan bisa menentukan gaya berpakaian
yang pas pada waktunya. Sebagai contoh, laki-laki Korea akan memakai setelan
jas rapi saat menghadiri acara-acara resmi. Mereka akan berpakaian biasa saat
pergi keluar (tidak menghadiri acara resmi). Nah, inilah yang menjadi sorotan,
saat mereka berpakaian biasa, tidak sedikit dari mereka yang terlihat seperti
perempuan. Tidak hanya dalam hal berpakaian saja, laki-laki Korea Selatan juga
senang dengan yang namanya perawatan tubuh, dan berdandan layaknya perempuan.
Jika diIndonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sangatlah dilarang
oleh agama. Dan jika ada remaja laki-laki di Indonesia yang seperti itu,
mereaka akan dipandang aneh oleh masyarakat karena berpenampilan layaknya
perempuan.
Hallyu
tidak hanya memberika dampak negatif saja, Hallyu juga memberikan peluang kerja
bagi pengangguran yang ada di Indonesia, mereka dapat bekerja sebagai penjual
pakaian, makanan, ataupun penyedia jasa rental kaset K-pop. Selain itu, dengan
adanya Hallyu, masyarakat Indonesia juga mengenal tentang kebudayaan negara
lain. Menambah wawasan akan budaya, dan juga dapat digunakan untuk menunjang
pekerjaan bila diperlukan nantinya.
Namun,
remaja Indonesia telah banyak yang terbawa larut kedalam budaya Korea Selatan,
ini menyebabkan merek kurang mencintai budayanya sendiri. Mereka lebih mengenal
tentang K-pop, ketimbang mengenal budaya daerah mereka sendiri. Remaja
Indonesia boleh saja terkena yang namanya Hallyu, tetapi mereka harus tahu apa
dampak yang akan mereka terima nantinya jika terlalu larut dengan Hallyu. Untuk
itu, perlu ditanamkan jiwa nasionalisme sejak dini, atau paling tidak sejak
memasuki bangku sekolah menengah. Mereka juga perlu dikenalkan akan budaya
Indonesia, bisa lewat lembaga pendidikan maupun dikenalkan didalam keluarga
sendiri. Dengan begitu, remaja tidak akan larut terlalu dalam, dalam Hallyu.
Remja
Indonesia kebanyakan masih labil kejiwaannya. Mereka akan mengikuti trend yang
sedang berkembang diIndonesia. Mereka kadang tidak memperhatikan dampak yang
akan ditimbulkan jika mereka terlalu mengikuti trend yang sedang berkembang.
Tapi, mereka akan merasa dikucilkan oleh teman-temannya jika tidak mengikuti
trend yang ada, mereka akan dicap kampungan, kuno, nggak updatelah, ketinggalan
jaman, dan lain-lain.
Sama halnya dengan
Hallyu, juga memberikan dampak baik dan dampak buruk. Semua akan menjadi baik
jika yang terkena dapat mengolahnya dengan baik. Begitu pun sebaliknya, semua
akan menjadi buruk jika yang terkena tidak dapat mengolahnya dengan baik. Semuanya
kembali ke diri remaja itu sendiri-sendiri, mau mendapatkan yang baik atau
mendapatkan yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar